Selasa, 30 Desember 2014

Masalah dalam Bahasa Jerman


Untuk membahas problematika yang muncul seputar pembelajaran bahasa Jerman di Indonesia perlu dibedakan antara pembelajaran yang bersifat formal dan yang nonformal. Yang bersifat formal menyangkut pembelajaran yang berlangsung di sekolah seperti SMA/SMK/MAN, sedangkan lembaga kursus bahasa Jerman bersifat nonformal.

  1. Sejak adanya pembagian jurusan di SMA, jurusan Bahasa, IPS, IPA, bahasa asing kedua (dalam hal ini bahasa Jeman) terpinggirkan. Banyak kepala sekolah tidak mau membuka kelas Bahasa, karena merasa kurang bergengsi, tidak punya cukup tenaga pengajar yang mumpuni dalam bidang sastra dan budaya dan alasan-alasan yang lain. Masyarakat juga merasa kurang berbahagia, bila anaknya divonis masuk kelas bahasa, karena mengurangi peluang untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi serta tidak menjamin masa depan. Apa akibatnya sekarang?? Kita sangat tertinggal dengan bangsa lainnya. Di kawasan Asia saja, dengan negara tetangga Malaysia, kita tidak dapat bersaing. Kalau dahulu Malaysia impor tenaga pengajar/ahli dari Indonesia, sekarang Indonesia hanya bisa mensuplai TKI, dan ini pun hanya di bidang pekerjaan kasar. Berdasarkan masukan dari Bapak Mohamad Daud Mohamad (Juni 2004), Malaysia maju pesat karena sangat peduli pada pendidikan dan pada kesejahteraan gurunya. Dan yang istimewa. Masyarakat di Malaysia sangat peduli pada bahasa dan sastra, karena pemimpinnya penggemar sastra, sehingga calon dokter di sana harus lulus ilmu sastra dahulu. Sejak kurikulum 1994, posisi bahasa asing selain bahasa Inggris terpinggirkan. Sebenarnya ada maksud baik untuk memberikan wadah bagi peserta didik yang memang berbakat bahasa dengan disediakannya kelas bahasa, tetapi banyak pimpinan sekolah yang kurang menyadari pentingnya penguasaan bahasa asing selain bahasa Inggris. Banyak yang berargumen, bahwa peserta didik cukup mengalami kesulitan dalam menguasai bahasa Inggris, apalagi bahasa asing kedua lainnya. Selain itu, kelas bahasa tidak banyak peminatnya, karena di dalam masyarakat berkembang pendapat bahwa lulusan kelas IPA dan IPS saja yang mempunyai peluang banyak melanjutkan studi ke perguruan tinggi. 
  2. Bila ada program penataran bagi guru bahasa (terutama guru bahasa Jerman), belum semua kepala sekolah rela memberikan motivasi dan dukungan, apalagi untuk mengirim guru bahasa Jerman mengikuti penataran baik yang bersifat lokal maupun nasional. Mengapa guru bahasa selalu dianaktirikan? 
  3. Kemudahan untuk studi atau melanjutkan studi di Jerman sangat mempengaruhi minat masyarakat untuk belajar bahasa Jerman di lembaga kursus yang ada. Studi di Jerman yang selama ini bebas SPP, sekarang ini sudah mulai diberlakukan uang kuliah, meskipun jumlahnya tidak banyak dan jika dibandingkan dengan biaya kuliah di negara lain tetap sangan lebih murah.. Apalagi akhir-akhir ini pengurusan surat ijin studi sangat rumit, ditambah dengan pelayanan yang kurang simpatik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar